GW Indonesia News, International – Serangan dahsyat Israel ke Rafah di Gaza selatan mengakibatkan hilangnya delapan nyawa secara tragis. Selasa (7/5/2024)
Menurut laporan kantor berita Palestina Wafa, seperti dikutip Al Jazeera, militer Israel melakukan serangan udara terhadap sebuah kediaman di kawasan Tal as-Sultan, yang mengakibatkan kematian lima orang dan melukai beberapa warga sipil lainnya.
Setelah menargetkan sebuah rumah milik keluarga Abu Amra di Rafah barat, pasukan Zionis menyebabkan kematian tiga orang, salah satunya adalah anak-anak.
Sebuah insiden tragis terjadi di wilayah Rafah timur, di mana empat orang kehilangan nyawa akibat serangan Israel terhadap properti tempat tinggal. Rumah keluarga Al-Hams, yang terletak di lingkungan al-Jnaina di Gaza selatan, terkena bom Israel.
Rafah menjadi sasaran pemboman tanpa henti oleh militer Israel, baik dari darat maupun langit. Tujuan serangan ini adalah untuk menargetkan instalasi Hamas di dalam kota.
Menyusul diterimanya proposal gencatan senjata yang diajukan oleh mediator Qatar dan Mesir, Hamas, Israel melancarkan serangan ke Rafah. Pengumuman yang disampaikan Hamas ini disambut dengan apresiasi yang besar oleh warga Palestina di Gaza.
Namun, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan ketidakpuasannya terhadap usulan tersebut, dengan menyatakan bahwa usulan tersebut tidak memenuhi kebutuhan Israel. Akibatnya, Israel memutuskan untuk mempertahankan operasi militernya di Rafah sebagai cara untuk memberikan tekanan terhadap Hamas.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, mengecam keras invasi darat ke Rafah, dan menggambarkannya sebagai hal yang sama sekali tidak dapat diterima.
Dikutip AFP, Guterres menekankan pentingnya memanfaatkan peluang gencatan senjata ini. Konsekuensi dari invasi darat di Rafah tidak dapat diterima karena dampak kemanusiaannya yang parah, yang pasti akan mengganggu stabilitas wilayah tersebut.
